Kamis, 16 Oktober 2014

Kelebihan dan Kelemahan Ban Tubeless Yang Harus Dimengerti

Bagi para biker apakah anda tahu kelebihan dan kelemahan ban tubeless? Banyak diantara kita yang mendengar bahwa ban tubeless lebih baik dari ban biasa. Dan juga konon katanya ban tubeless tidak mudah bocor kalau kena ranjau paku.
Dalam artikel kali ini saya akan membahas tentang kedua jenis ban tersebut dan bagaimana cara memperbaiki dengan benar seandainya ban anda bocor ketika diperjalanan. Berikut ulasannya.

Bagi anda yang belum tahu perbedaan Ban Tubeless dan Ban Biasa (Tubetype), saya mau berbagi biar semua yang di sini pada tahu sebelum memutuskan menggunakan atau membeli ban untuk kendaraannya.
Banyak pemilik sepeda motor belum paham dengan pemakaian ban tubeless. Beberapa pengendara motor masih banyak yang keliru menafsirkan, bahwa ban tubeless lebih baik. Padahal, baik atau tidak baiknya tergantung dari penggunaan motor tersebut. Tidak selamanya ban tubeless lebih bagus, jika pemakaiannya ‘ngawur’ malah bisa merugikan.
Ban tubeless lebih keras dibanding ban biasa, hal tersebut karena struktur karet lebih tebal dan padat. Jika Anda sering melewati jalan rusak atau tidak rata, lebih baik menggunakan ban biasa.
Memaksakan pakai ban tubeless justru akan merusak pelek dan ban cepat rusak dalam jangka waktu pemakaian tertentu.
Ban tubeless cocok dipakai diperkotaan dengan kondisi jalan yang mulus. Untuk bermanuver atau menikung, ban ini lebih mengigir dan stabil pada kecepatan tinggi.
Beda dengan ban biasa yang enak dipakai pada jalanan padat dan macet yang butuh selap-selip. Ban tubeless hanya bisa dipasangkan untuk pelek racing, sedangkan pelek jari-jari hanya bisa untuk ban biasa.
Meskipun kini sudah ada teknologi yang bisa memasang pelek jari-jari dengan ban tubeless bukan berarti pelek tersebut cocok, melainkan dipaksakan.
Ada 2 jenis kategori ban utama dari pabrikan ban yang seringkali membuat pemilik motor jadi bingung, pilih ban dengan ban dalam (with tube) atau ban tanpa ban dalam (tubeless)?
Perbedaan Ban Tubeless dan Ban Biasa
Kelebihan Kekurangan Ban Tubeless

Profil ban (fisik) dan akibatnya

Umumnya ban dengan with tube memiliki profil yang lebih kotak, sehingga menyulitkan manuver di kecepatan tinggi, intinya lebih sulit dan berbahaya kalau kita mau ajak rebah di tikungan.
Pada kecepatan yang rendah ban ini lebih ideal untuk diajak nyelip-nyelip diantara mobil-mobil. Sedangkan ban tubeless dengan bentuk ban yang umumnya lebih bulat, efeknya jelas, pada kecepatan tinggi motor dengan ban jenis ini enak dan gampang untuk diajak manuver sana sini, lebih stabil, membuat pengendaranya lebih percaya diri.

Ketahanan (durasi)

Ban non tubeless biasanya mampu bertahan hingga 2 tahun lebih, sedangkan ban tubeless karena umumnya dibuat dengan kompon lebih lunak, maka waktu pemakaian lebih pendek, untuk pemakaian sehari-hari bisa berkisar 1.5 tahun lebih.

Waktu hujan

Saat permukaan jalan basah, ban ditugaskan untuk mengalirkan alir secepatnya, karena itu ban basah mempunyai groove/kembang yang di design khusus dan groovenya lebih dalam.
Saat hujan daya cengkram baik ban with tube atau tubeless bergantung pada tipe kembang ban itu sendiri. Enaknya seperti motoGP, waktu hujan, kita tinggal masuk pit, semotor-motor nya ganti!

Anti Bocor?

Apa betul ban tubeless anti bocor? Jawaban pendeknya betul! tapi bukan anti bocor, cuma lebih tahan bocor. Ban tubeless pun sebaiknya begitu terkena paku di jalan, secepatnya dibawa ke tukang tambal ban tubeless, walaupun ban tipe tubeless tidak langsung kempes, tapi jika dibiarkan, ini bisa merusak steel belt ban tersebut.
Jadi pemilik ban tubeless sebaiknya melakukan pemeriksaan berkala pada ban, tahu-tahu bentuk bannya sudah tidak bulat lagi!

Tips Merawat dan Menambal Ban Tubeless

Bagi anda yang suka berkendara, masalah seputar ban bocor tentu sering ditemui dan harus diwaspadai. Meskipun ban masih baru, tapi kalo lagi apes, kempes juga ketusuk benda lancip seperti paku dan semacamnya.
Lalu ban itu digantikan ban serep dan dibawa ke tukang tambal ban. Lalu apa yang akan dilakukan tukang tambal?
Dengan pembelaan bahwa ban akan ditambal, ban yang tadinya utuh tadi sekarang ditusuk dengan alat tusuk yang besarnya kira kira sama dengan ukuran kelingking kita.
Ban yang tadinya bocor hanya seujung jarum, sekarang dibuat bolong sebesar mulut pipa. Para tukang tambal ban tubeless menyebutnya dengan “menambal ban tubeless”.
Tahukah anda bahwa ini adalah permulaan dari kiamatnya ban baru kita!
Setelah dibolongi dengan alat tadi, tali serabut disumbatkan ke bolongan ban dengan regangan yang cukup potensial untuk semakin merusak ban.
Mulai dari bahan karetnya, anyaman benangnya sampai anyaman kawatnya dibikin sobek dan putus berantakan, sehingga ban kita menjadi semakin lemah. Inilah bentuk kiamat dari ban kita setelah membayar ongkos tambal 8,000 – 10,000 rupiah.
Untuk pertama kalinya tambalan mungkin masih bisa bertahan selama beberapa minggu atau bulan, tapi jika bocor lagi dititik yang sama kagak bisa lagi disumbat dengan tali serabut itu. Melainkan harus menggunakan ban dalam.
Lho ??.. ini kan ban Tubeless,.. masa pakai ban dalam?
Padahal kalau kita mau bersabar, ada cara yang jauh lebih unggul (dalam hal kekuatan, tidak merusak sama sekali), hemat waktu, biaya dan tenaga, dan dapat dikerjakan sendiri tanpa melepas roda.
Caranya adalah
  1. Mendongkrak roda yang bannya bocor (ban tidak perlu dilepas).
  2. Putar setir agar ban mengarah keluar spakboard.
  3. Pompa sampai penuh lalu putar perlahan sambil disirami air.
  4. Setelah tampak gelembung udara pertanda bocornya, tandai daerah bocor (sebaiknya lingkari pake tip-ex).
  5. Cucilah hingga bersih daerah bocor itu lalu dilap dengan lap kering.
  6. Setelah kering tetesi dengan lem power glue sehingga lem meresap ke dalam lubang. Cukup dengan lem power glue yang harganya Rp. 1000 saja. Bantulah dengan menusuk-nusukkan benda lancip seperti paku yang bersih ke lubang agar lem lebih lancar masuk. Lalu tunggu kering selama beberapa menit.
  7. Lalu pompa lagi OK! Pekerjaan menambal selesai.

Apa Kelebihan Ban Tubeless?

  1. Kuat dan anti gagal. Daya adesif lem power lebih tinggi dibanding daya kohesif karet sendiri, jadi titik ini menjadi lebih kuat daripada bagian yang lain. Tidak ada bagian yang mungkin copot atau terpental, karena hanya menggunakan lem, Life time guarantee!
  2. Tidak terjadi pelemahan sedikitpun pada jaringan ban.
  3. Tidak menambah massa yang mempengaruhi keseimbangan.
  4. Tidak akan pernah membutuhkan ban dalam sepanjang umur ban. Menggunakan ban dalam menambah biaya, menambah rumit setting roda, keandalan yang lebih rendah dan risiko kegagalan yang jauh lebih tinggi.
  5. Tidak tergantung pada orang lain dan tukang tambal ban maupun alat-alat yang lebih rumit. Dapat dilakukan sendiri dengan mudah, cukup bermodalkan sebuah lem pawer Rp.1000 saja, satu pompa sepeda anak-anak di rumah, dan dongkrak yang sudah ada. Biaya yang jauh lebih rendah. Satu tabung kecil lem pawer dapat menambal puluhan titik bocor.
  6. Kondisi ban tetap utuh, seolah-olah ban tidak pernah mangalami bocor. Tidak merusak jaringan karet, benang dan kawat ban.

Cara Baca Spesifikasi Ban

Ban pada sebuah kendaraan (terutama di jalan raya) merupakan komponen wajib yang harus ada. Mungkin sesekali seorang pengendara motor mengganti ban motornya, entah karena sudah rusak, bocor ataupun karena sekedar ingin merubah penampilan motor dengan ban baru yang berbeda.
Pada saat mengganti ban, mungkin pernah kita lihat disana tertera kode-kode pada bagian samping ban tersebut, apa sih makna kode tersebut?
Baiklah, untuk memperjelas pemahaman mari kita lihat gambar dibawah ini:
ukuran ban tubeless

Ukuran Ban

Pada saat membeli ban baru (terutama tanpa sample ban lama). Kita akan ditanya oleh penjual ban “Mau yang ukuran berapa?”.
Ada dua buah standar ukuran yang digunakan oleh pabrikan ban, beberapa toko mungkin ada yang menyebut nilai “2.50-17″ dan sebagian besar toko lainya menyebut nilai “100/90-18″.
Kedua nilai ini benar tetapi mengacu pada dua buah standar internasional yang berbeda.

Untuk ban dengan ukuran 2.50-17 mempunyai arti sebagai berikut:

  • Lebar tapak ban (Normal Section Width) adalah 2.50 inch,
  • Ukuran diameter velg (Rim Diameter) adalah 17 inch,
  • Apabila setelah nilai 2.50 diikuti dengan garis miring dengan nilai lainya semisal 2.50/60, maka tebal atau rasio tinggi ban adalah 60% dari tapak ban = 60% x 2.50 inch.

Untuk ban dengan ukuran 100/90-18 mempunyai arti sebagai berikut:

  • Lebar tapak ban (Normal Section Width) adalah 100mm,
  • Ukuran diameter velg (Rim Diameter) adalah 18 inch,
  • Rasio tebal/tinggi ban (Aspect Ratio) adalah 90% dari lebar tapak ban atau 90% x 100mm = 90mm.

Maksimum Beban dan Kecepatan (Service Description)

Beban maksimal dan kecepatan biasanya ditulis menjadi satu di dalam tanda dalam kurung, misal “(73W)”. Angka “73” merupakan indeks beban (Load Index) dan Huruf “W” merupakan simbol kecepatannya (Speed Symbol).
Untuk mengartikan simbol dan indeks diatas dapat dilihat dari tabel berikut ini:
maksimum beban dan kecepatan
Intinya kalau memungkinkan pakailah ban tubeless karena walau bukan anti bocor tapi minimal masih bisa jalan sampai bengkel terdekat kalau mendadak kena paku.

Cara kuras tuntas air radiator

Ganti air radiator wajib hukumnya buat semua mobil. Tujuannya bukan untuk buang duit tapi untuk pemeliharaan mesin jangka panjang. Karena sirkulasi air radiator yang berputar terus menerus kerap menimbulkan kerak apalagi yang disirkulasikan adalah ‘panas’ mesin yang udah dibawa oleh air.

Nah, biasanya kalo mau mengganti air radiator biasanya tinggal buka saluran buang di bagian bawah radiator. Sebenarnya hal tersebut kurang maksimal !. Air yang berada di dalam mesin nggak ikutan terbuang.

Pertama-tama siapkan obeng plus, kantong kresek, karet gelang, dan slang air (gb. 1). Kemudian kendorkan baut pengunci slang radiator bagian atas hingga lepas (gb. 2). Dan tutup saluran atas radiator dengan plastik/kresek yang kemudian diikat dengan karet gelang (gb. 3).

Buka tutup radiator dan masukkan selang air yang sudah dihubungkan dengan kran yang sudah dibuka dengan arus besar ke dalamnya. Bersamaan dengan itu nyalakan mesin mobil. Maka akan keluar air dari selang radiator atas (gb. 4).

Naikkan putaran mesin mobil secara berlahan kira-kira sampai jarum menunjukan RPM 2500 dan tahan selama 5 detik dan lepas pedal gas. Terlihat air yang keluar kotor. Lakukan beberapa kali sampai air yang keluar terlihat bersih dan jernih. Air yang keluar bukan hanya dari dalam radiator tapi juga dari dalam mesin.
Setelah air yang keluar dianggap bersih dan jernih, tuangkan cairan coolant ke dalam radiator sampai cairan coolant juga terlihat keluar dari selang radiator atas. Cabut plastik/kresek, lapisi bagian luar mulut radiator dengan sealant, kemudian pasang kembali selang radiator atas ke mulut radiator. Kencangkan baut pengikatnya. Sealant berfungsi untuk mencegah kebocoran.

Nyalakan mesin, dan naikkan gas sampai RPM 2500 selama 5 detik  untuk mengecek kebocoran. Tambahkan coolant ke radiator dan tabung reservoirnya kemudian pasang tutupnya.

Untuk menjaga keawetan radiator sebaiknya bebersih ini dilakukan rutin setahun sekali agar nggak terjadi penyumbatan yang menyebabkan kebocoran yang akhirnya overheat.
  

Senin, 06 Oktober 2014

Masalah Mesin..


Pada mobil bermesin injeksi (EFI) umumnya menyertakan indikator Check Engine pada panel dashboard. Jika lampu indikator tersebut tetap menyala sekalipun mesin sudah hidup, menandakan adanya masalah pada mesin atau sistem pendukung lainnya.

Masalah pada mesin dapat beragam, namun kita dapat mengalokasikan apa saja yang mungkin menjadi penyebab masalah tersebut, sehingga dapat kita perbaiki dengan tepat dan cepat.
Bengkel Resmi dan Non-Resmi pun bisa salah dalam mendiagnosa masalah pada mesin kita, hal ini membuat besarnya biaya yang dikeluarkan akibat dari pergantian komponen yang tidak tepat, bahkan terkesan tebak-tebakan saja.
Semoga artikel ini dapat membantu.

Bunyi tik-tik-tik dari mesin:
  • Setelan klep (valve) yang tidak tepat (terlalu renggang)
  • Hydraulic Valve Adjuster bermasalah
  • Lobes pada CamShaft sudah ada yang rusak
  • Rocker Arm bermasalah
  • Pemakaian oli yang tidak tepat / tidak cocok
  • Lampu OIL Pressure menyala saat mesin hidup:
  • Jumlah oli pada mesin kurang, atau oli tidak cocok.
  • Sensor tekanan oli bermasalah
  • Pompa oli bermasalah
  • Panas yang berlebihan di dalam mesin
  • Katup Oil Pressure Relief rusak
  • Filter Oli bermasalah
  • Saringan oli pada ruang karter kotor/mampet.

  • Mesin tidak dapat berputar ketika dicoba dihidupkan:
  • Terminal Accu kendur atau korosi
  • Tegangan Accu kurang atau accu rusak/mati
  • Jalur kelistrikan untuk Starter terputus
  • Kunci Kontak bermasalah
  • Motor starter bermasalah
  • Gigi motor starter atau FlyWheel ada yang patah
  • Saluran Ground/Negatif Accu ke Mesin terganggu/lepas.

  • Terdengar suara mendesis pada mesin:
  • Kebocoran pada inlet manifold atau gasket throttle body
  • Kebocoran pada gasket Exhaust Manifold
  • Kebocoran selang vacuum
  • Kebocoran pada gasket Cylinder Head (robek/terbakar/patah)
  • [ www.saft7.com - automotive tips and sharing ]

    Mesin dapat berputar, tapi tidak mau hidup:
  • Bensin habis/kosong
  • Accu soak (mesin berputar sangat pelan)
  • Kabel Accu kendur/korosi
  • Komponen pengapian bermasalah
  • Jalur kelistrikan untuk pengapian terganggu/lepas/rusak
  • Busi rusak atau gap busi tidak tepat
  • Choke bermasalah
  • Sistem penyaluran bahan bakar (Fuel Injection) bermasalah
  • Masalah mekanik (sensor kruk as rusak, timing belt putus, dll)

  • Mesin susah dihidupkan saat masih dingin:
  • Accu kosong/tegangan kurang
  • Terminal Accu kendur / korosi
  • Busi rusak, setelah gap tidak tepat
  • Choke bermasalah
  • Sistem Injeksi (fuel injection) bermasalah
  • Permasalahan pada pengapian
  • Kompresi silinder rendah
  • Fuel Pressure Regulator bermasalah
  • .

    Mesin susah dinyalakan saat mesin panas:
  • Filter udara kotor/mampet
  • Choke bermasalah
  • Permasalahan sistem injeksi (fuel injection)
  • Kompresi silinder rendah.
  • Motor starter berisik / kasar saat distarter:
  • Gigi pinion starter/ flywheel patah.
  • Baut dudukan motor starter lepas atau hilang.
  • Komponen di dalam motor starter rusak/aus.
  • Mesin tersendat/tertahan saat akselerasi
  • Busi rusak/setelah gap tidak tepat
  • Kebocoran Vacuum di karburator, throttle body, intake manifold atau selang-selang vacuum lainnya.
  • Karburator bermasalah
  • Sistem injeksi (fuel injection) bermasalah
  • [ www.saft7.com - automotive tips and sharing ]

    Mesin berguncang (stall):
  • Kebocoran Vacuum di karburator, throttle body, intake manifold atau selang-selang vacuum lainnya.
  • Filter bensin mampet
  • Fuel Pump bermasalah, supply dan tekanan bensin rendah
  • Ventilasi tangki bensin tersumbat atau pipa/saluran bensin tersumbat/terjepit
  • Karburator bermasalah
  • Sistem Injeksi (fuel injection) bermasalah.

  • Mesin kehilangan tenaga:
  • Pemasangan timing belt yang tidak tepat
  • Filter bensin tersumbat/mampet
  • Fuel Pump bermasalah, supply dan tekanan bensin rendah
  • Salah satu atau beberapa silinder kompresinya rendah
  • Busi rusak/ gap busi tidak tepat
  • Kebocoran vacuum pada karburator, throttle body, inlet manifold dan selang-selang vacuum lainnya.
  • Karburator bermasalah
  • Sistem Injeksi (fuel injection) bermasalah
  • Rem mengunci
  • Kopling slip (habis)
  • Mesin Backfire (nembak-nembak):
  • Pemasangan Timing Belt tidak tepat
  • Kebocoran vacuum pada karburator, throttle body, inlet manifold dan selang-selang vacuum lainnya.
  • Karburator bermasalah
  • Sistem Injeksi (fuel injection) bermasalah.
  • Sistem Pengapian bermasalah (kabel busi terbalik urutannya)

  • Mesin mau hidup, tapi kemudian mati lagi:
  • Ada permasalahan pelistrikan pada rangkaian pengapian.
  • Kebocoran vacuum pada karburator, throttle body, inlet manifold dan selang-selang vacuum lainnya.
  • Karburator bermasalah
  • Sistem Injeksi (fuel injection) bermasalah.
  • Idle/Langsam tidak rata:
  • Penyetelan idle speed yang tidak tepat.
  • Filter udara kotor
  • Kebocoran vacuum pada karburator, throttle body, inlet manifold dan selang-selang vacuum lainnya.
  • Busi rusak/ gap busi tidak tepat
  • Salah satu atau beberapa silinder kompresinya rendah
  • Lobes pada CamShaft sudah ada yang rusak
  • Pemasangan Timing Belt tidak tepat
  • Karburator bermasalah
  • Sistem Injeksi (fuel injection) bermasalah.
  • [ www.saft7.com - automotive tips and sharing ]

    Mesin mengalami misfire saat idle/langsam:
  • Busi rusak/ gap busi tidak tepat
  • Kabel busi bermasalah
  • Kebocoran vacuum pada karburator, throttle body, inlet manifold dan selang-selang vacuum lainnya.
  • Karburator bermasalah
  • Sistem Injeksi (fuel injection) bermasalah.
  • Distributor Cap retak atau aus
  • Salah satu atau beberapa silinder kompresinya rendah
  • Kabel ground tidak baik/terputus
  • Kebocoran selang ventilasi mesin (crankcase ventilation hose)

  • Mesin mengalami misfire sepanjang perjalanan:
  • Filter bensin mampet/kotor
  • Fuel Pump bermasalah, supply dan tekanan bensin rendah
  • Ventilasi tangki bensin tersumbat atau pipa/saluran bensin tersumbat/terjepit
  • Busi rusak/ gap busi tidak tepat
  • Distributor Cap retak atau aus
  • Kabel busi bermasalah
  • Salah satu atau beberapa silinder kompresinya rendah
  • Ignition Coil bermasalah
  • Karburator bermasalah
  • Sistem Injeksi (fuel injection) bermasalah.

  • Mesin tetap hidup sekalipun kunci kontak sudah dimatikan:
  • Terlalu banyak tumpukan karbon pada ruang bakar (silinder)
  • Mesin terlalu lama dijalankan pada suhu yang tinggi.
  • Solenoid Karburator bermasalah
  • Kunci kontak bermasalah
  • Mesin ngelitik saat akselerasi / menanjak:
  • Timing pengapian tidak tepat
  • Masalah pada sistem pengapian
  • Busi rusak/ gap busi tidak tepat
  • Salah pakai jenis bensin (oktan terlalu rendah)
  • Terlalu banyak tumpukan karbon pada ruang bakar (silinder)
  • Kebocoran vacuum pada karburator, throttle body, inlet manifold dan selang-selang vacuum lainnya.
  • Karburator bermasalah
  • Sistem Injeksi (fuel injection) bermasalah.
  • [ www.saft7.com - automotive tips and sharing ]

    Apa yang perlu diperiksa?

    Sistem Injeksi (Fuel Injection):

    Fuel Injector:
  • umumnya memiliki resistansi 10-30 ohm, jika kurang atau lebih = injector bermasalah.
  • bersihkan injector dengan Injector Cleaner atau dengan mesin Ultrasonic Injector Cleaner, hingga kualitas semprotan untuk semua injector sama.
  • Fuel Pump (pompa bensin):
  • periksa tekanan bensin yang dihasilkan Fuelpump dengan alat Fuel Pressure Gauge, umumnya berkisar sekitar 3 BAR.
  • periksa kondisi saringan/filter kecil yang ada di dalam tangki (umumnya menempel pada fuelpump).
  • periksa kondisi relay dan sikring Fuel Pump.
  • periksa kondisi pelistrikan (kabel dan socket) Fuel Pump.
  • Filter Bensin:
  • Bersihkan filter bensin atau ganti baru.
  • Pastikan klem selang bensin terpasang dengan baik.
  • Fuel Pressure Regulator:
  • Pastikan kondisi selang vacuum terpasang dengan baik dan tidak bocor.
  • Pastikan tidak ada kebocoran bensin pada Fuel Pressure Regulator
  • [ www.saft7.com - automotive tips and sharing ]

    Sistem Pengapian

    Busi:
  • Gunakan tipe busi yang tepat sesuai anjuran buku manual.
  • Atur celah (gap) busi dengan tepat sesuai anjuran buku manual.
  • Kabel Busi:
  • Periksa nilai resistansi masing-masing kabel busi, nilai resistansi harus mendekati satu sama lain (semakin panjang kabel busi, semakin besar nilai resistansinya)
  • Periksa kabel busi dari sobek dan retak, yang menyebabkan kebocoran listrik.
  • Ignition Coil:
  • Periksa kondisi fisiknya, jangan sampai ada yang retak atau pecah
  • Periksa resistansi antara terminal primer dan sekunder. Umumnya resistansi antar terminal primer ( + dan – ) berkisar antara 0.5ohm – 6 ohm. Sedangkan resistansi antara terminal + dan – terhadap terminal sekunder (output coil) adalah berkisar antara 4kOhm – 25kOhm.
  • Distributor Cap / Rotor:
  • Periksa kondisi dari retak dan pecah.
  • Periksa kondisi terminal rotor dari aus/rusak.
  • Periksa kondisi dan gap platina / trigger CDI
  • Sensor-Sensor Pengapian:
  • Periksa kondisi Crankshaft Sensor (TD Sensor)
  • Periksa kondisi Cam Position Sensor
  • Periksa kondisi Cylinder Position Ignition Sensor (biasanya menempel pada kabel busi)
  • Periksa Power Transistor yang terhubung ke Coil.
  • Saluran Udara

    Filter Udara:
  • Pastikan kondisi filter udara dalam keadaan bersih
  • Pastikan box filter udara terpasang dengan baik
  • Selang Intake / Intake /throttle body Hose:
  • Pastikan tidak ada kebocoran pada intake / throttle body hose.
  • Pastikan hose terpasang dengan baik dan rapat.
  • Intake Sensor:
  • Periksa kondisi Air Flow / MAF sensor
  • Periksa kondisi Intake Air Temperature Sensor
  • Selang Vacuum:
  • Periksa seluruh selang vacuum dari kebocoran atau terjepit.